Tampilkan postingan dengan label Sejarah Nusantara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Nusantara. Tampilkan semua postingan

Sejarah-Timnas Pelawak Mengadakan Pertandingan Melawan Tim Lokal Daerah.

Desember 14, 2023

 

foto ini diambil saat Tim Nasional Pelawak mengadakan pertandingan melawan tim lokal daerah di stadion Badak Putih, Cianjur, Jawa barat.

LPLH NUSANTARA 🌏

Pertandingan itu berhasil mengocok perut para penonton dan sampai wasit pun tak punya kendali untuk mengatur jalannya pertandingan. Pada satu moment, sang wasit pun justru dikerjai sampai celananya dipeloroti.

Sampai akhirnya pertandingan itu pun berhenti saat salah satu penonton melempar bonggol jagung tepat mengenai kepala Darto Helem hingga mengalami pendarahan di kepalanya, dan Darto pun terpaksa ditandu keluar lapangan.

“Tega banget sih yang lempari saya, apakah karena kepala saya memang “merangsang” untuk dilempar", ucap Darto.


Melihat foto Timnas Pelawak, jadi teringat salah satu lagu Benyamin Sueb yang bertemakan sepak bola. Di lagu tersebut, Benyamin di temani oleh Eddy Sud yang bernyanyi seperti menjadi komentator dalam sebuah pertandingan sepak bola antara Paguyuban Pelawak melawan Brazilia, dan pada akhirnya Paguyuban Pelawak berhasil memenangkan pertandingan khayalan tersebut dengan skor 1-0.


Paguyuban Pelawak : 

Berdiri :

Mang Diman, Darto Helm, S Bagio, Mang Dudung, Eddy Sud, Sol Saleh, Kris Biantoro.


Jongkok:

Benyamin S, Djunaidi, Eddy Gombloh, Nasir, Arbain

Bandar Udara (Bandara) Silampari Lubuklinggau Sumsel.

Desember 13, 2023

 Penulis: Budi Santoso.



LUBUKLINGGAU, SUMSEL

Sejarah

Bandar udara Silampari yang awalnya merupakan bandara perintis dan mulai dioperasikan pada 7 Mei 1994, diresmikan oleh Gubernur Sumatera Selatan, Ramli Hasan Basri dan Menteri Perhubungan, Haryanto Danutirto.[1] Bandar udara ini hanya melayani penerbangan rute Silampari-Palembang dengan jenis pesawat Cassa yang berkapasitas 19 penumpang. Karena keterbatasan dana operasional, bandara itu pernah ditutup antara tahun 2001 sampai 2004. Awal Januari 2005, bandara kembali dioperasikan melalui subsidi Pemerintah Kabupaten Musi Rawas.[2] Pada tahun 2010, penerbangan perdana dengan rute Lubuklinggau-Jakarta mulai diresmikan dengan menggunakan maskapai Aviastar dengan pesawat jenis BAe 146 yang disubsidi pemerintah. Penerbangan ini awalnya beroperasi dengan penerbangan 4x seminggu. Penerbangan ini sempat terhenti, dan kembali beroperasi dengan penerbangan 2x seminggu. Pada tahun 2015, Subsidi Aviastar telah habis. Maka maskapai Nam Air dengan pesawat jenis Boeing 737-500 dengan penerbangan setiap hari.

Saat ini terdapat dua versi kode 3 huruf / kode IATA dari Bandara ini. Satu dengan kode LLG yang digunakan semenjak Aviastar Mandiri masih ada hingga saat ini digunakan oleh NAM Air (Sriwijaya Air Group) dan satu lagi dengan kode LKI yang saat ini digunakan oleh Batik Air dan Wings Air (Lion Group)

Pengembangan

Bandar Udara Silampari memulai pengembangannya pada tahun 2014. Terminal lama telah diganti dengan terminal baru, apron sudah diperluas yang nantinya dapat menampung Airbus A320 dan Boeing 737-900ER, pembangunan menara Air Traffic Control hampir selesai pembangunannya, dan lahan parkir sudah diperluas.

Maskapai penerbangan dan tujuan

MaskapaiTujuan
Batik Air Jakarta—Soekarno—Hatta

- Lion Air ( Segera ) - Garuda Indonesia ( Segera ) - Air Asia ( Segera )

Menikmati Gua Selomangleng di Kediri Alternatif Wisata Alam di Jawa Timur.

November 24, 2023

 SEJARAH NUSANTARA

Penulis: Budi Santoso.

Di Kota Kediri ada tempat wisata dengan tema alam. Lokasinya berada di kaki Gunung Klotok, Kecamatan Mojoroto. Namanya adalah Gua Selomangleng. Selain menikmati pemandangan alam, juga melihat peninggalan sejarah.



Saat liburan Lebaran, Gua Selomangleng ini menjadi destinasi wisata yang diminiati. Dari Bundaran Sekartaji, jaraknya sekitar 5,1 kilometer (km). Menggunakan kendaraan sepeda motor dan mobil, hanya memerlukan waktu sekitar 14 menit hingga 19 menit.


Tempat wisata ini ramai pengunjung saat akhir pekan dan hari libur nasional. Pengunjungnya mulai dari daerah Kediri, luar kota bahkan pulau.


(Bagian gua yang merupakan tempat bersemedi)


Jika dilihat dari luar, Gua Selomangleng terlihat seperti hanya terdapat dua ruangan. Namun saat masuk, ternyata ada ruangan lain di dalamnya. Untuk masuk dalam gua, pengunjung terlebih dahulu naik ke tebing. Di dalam gua akan tercium bau wangi dupa dan sesajen.



Gua ini terbentuk dari batu andesit hitam berukuran cukup besar dan tampak menyolok terlihat dari kejauhan. Keunikan dari Gua Selomangleng adalah adanya bongkahan batu yang seolah berserakan dan di antara batu tersebut ada yang dipahat, dan di bagian luar gua ada berbagai relief yang menghiasi.


"Jika ada pahatan awan itu menandakan gua tersebut digunakan," penjelasan dari Juru Kunci Museum Airlangga Kota Kediri (Andi Rahardi)

Dalam catatan sejarah, Gua Selomangleng mulai digunakan sejak permulaan Kerajaan Kadiri/Daha/Panjalu pada abad XI Masehi, Singhosari abad XIII Masehi, dan Majapahit abad XV Masehi yang berfungsi sebagai gua pertapaan, tempat bersemayam para dewa.



Nama Gua Selomangleng ini sendiri diambil dari kata SELO yang berarti batu. Sedangkan MANGLENG sendiri berarti miring. Jadi Selomangleng ini berarti batu yang kedudukannya miring jika dilihat dari permukaan tanah.





Kawasan objek wisata Gua Selomangleng saat ini telah dikembangkan sebagai wisata keluarga. Tiket masuk Gua Selomangleng, yaitu Rp 4.000 untuk satu orang dewasa dan Rp 2.500 untuk anak anak.

Editor: Budi Santoso







Sejarah Keris - Mengenal Keris dan Kegunaannya.

November 15, 2023

 Penulis: Budi Santoso



SEJARAH NUSANTARA

Keris purba telah digunakan antara abad ke-9 dan 14. Selain digunakan sebagai senjata,keris juga sering dianggap memiliki kekuatan supranatural. Keris terbagi menjadi tiga bagian yaitu mata, hulu, dan sarung. Beberapa jenis keris memiliki mata pedang yang berkelok-kelok. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.


Keris Singo Barong - Jawa, Indonesia
KerisNogoSosro - Jawa. source :

  • Keris sendiri sebenarnya adalah senjata khas yang digunakan oleh daerah-daerah yang memiliki rumpun Melayu atau bangsa Melayu.Pada saat ini, Keberadaan Keris sangat umum dikenal di daerah Indonesia terutama di daerah pulau Jawa dan Sumatra, Malaysia, Brunei, Thailand dan Filipina khususnya di daerah Filipina selatan (Pulau Mindanao). Namun, bila dibandingkan dengan Indonesia dan Malaysia, keberadaan keris dan pembuatnya di Filipina telah menjadi hal yang sangat langka dan bahkan hampir punah.


Tata cara penggunaan keris juga berbeda di masing-masing daerah. Di daerah Jawa dan Sunda misalnya, keris ditempatkan di pinggang bagian belakang. Sementara di Sumatra, Malaysia, Brunei dan Filipina, keris ditempatkan di depan. Sebenarnya keris sendiri memiliki berbagai macam bentuk, ada yang bermata berkelok kelok (7, 9 bahkan 13), ada pula yang bermata lurus seperti di daerah Sumatera. Selain itu masih ada lagi keris yang memliki kelok tunggal seperti halnya rencong di Aceh atau Badik di Sulawesi.

Bagian-bagian keris:

Sebagian ahli tosan aji mengelompokkan keris sebagai senjata tikam, sehingga bagian utama dari sebilah keris adalah wilah (bilah) atau bahasa awamnya adalah seperti mata pisau. Tetapi karena keris mempunyai kelengkapan lainnya, yaitu wrangka (sarung) dan bagian pegangan keris atau ukiran, maka kesatuan terhadap seluruh kelengkapannya disebut keris.

1.  Pegangan keris

Pegangan keris ini bermacam-macam motifnya , untuk keris Bali ada yang bentuknya menyerupai patung dewa, patung pedande, patung raksaka, patung penari , pertapa, hutan ,dan ada yang diukir dengan kinatah emas dan batu mulia .Pegangan keris Sulawesi menggambarkan burung laut. Hal itu sebagai perlambang terhadap sebagian profesi masyarakat Sulawesi yang merupakan pelaut, sedangkan burung adalah lambang dunia atas keselamatan. Seperti juga motif kepala burung yang digunakan pada keris Riau Lingga, dan untuk daerah-daerah lainnya sebagai pusat pengembangan tosan aji seperti Aceh, Bangkinang (Riau) , Palembang, Sambas, Kutai, Bugis, Luwu, Jawa, Madura dan Sulu, keris mempunyai ukiran dan perlambang yang berbeda. Selain itu, materi yang dipergunakan pun berasal dari aneka bahan seperti gading, tulang, logam, dan yang paling banyak yaitu kayu. Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar terdiri dari sirah wingking ( kepala bagian belakang ) , jiling, cigir, cetek, bathuk (kepala bagian depan) ,weteng dan bungkul.

Pegangan Keris
Pegangan Keris Gaya Bali
Pegangan Keris GayaLampung
Pegangan Keris GayaCirebon

2. Wrangka atau Rangka 

Wrangka, rangka atau sarung keris adalah bagian (kelengkapan) keris yang mempunyai fungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa, karena bagian wrangka inilah yang secara langsung dilihat oleh umum . Wrangka yang mula-mula (sebagian besar) dibuat dari bahan kayu (jati , cendana, timoho , kemuning, dll) , kemudian sesuai dengan perkembangan zaman maka terjadi perubahan fungsi wrangka (sebagai pencerminan status sosial bagi penggunanya ). Kemudian bagian atasnya atau ladrang-gayaman sering diganti dengan gading. Secara garis besar terdapat dua macam wrangka, yaitu jenis wrangka ladrang yang terdiri dari bagian-bagian : angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk seperti daun), gandar, ri serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis wrangka gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka ladrang tetapi tidak terdapat angkup, godong dan gandek. Aturan pemakaian bentuk wrangka ini sudah ditentukan, walaupun tidak mutlak. Wrangka ladrang dipakai untuk upacara resmi , misalkan menghadap raja, acara resmi keraton lainnya (penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan, perkimpoian, dll) dengan maksud penghormatan.

Desain Warangka Gaya Bali

Tata cara penggunaannya adalah dengan menyelipkan gandar keris di lipatan sabuk (stagen) pada pinggang bagian belakang (termasuk sebagai pertimbangan untuk keselamatan raja ). Sedangkan wrangka gayaman dipakai untuk keperluan harian, dan keris ditempatkan pada bagian depan (dekat pinggang) ataupun di belakang (pinggang belakang). Dalam perang, yang digunakan adalah keris wrangka gayaman , pertimbangannya adalah dari sisi praktis dan ringkas, karena wrangka gayaman lebih memungkinkan cepat dan mudah bergerak, karena bentuknya lebih sederhana. Ladrang dan gayaman merupakan pola-bentuk wrangka, dan bagian utama menurut fungsi wrangka adalah bagian bawah yang berbentuk panjang ( sepanjang wilah keris ) yang disebut gandar atau antupan ,maka fungsi gandar adalah untuk membungkus wilah (bilah) dan biasanya terbuat dari kayu ( dipertimbangkan untuk tidak merusak wilah yang berbahan logam campuran ) Karena fungsi gandar untuk membungkus , sehingga fungsi keindahannya tidak diutamakan, maka untuk memperindahnya akan dilapisi seperti selongsong-silinder yang disebut pendok . Bagian pendok ( lapisan selongsong ) inilah yang biasanya diukir sangat indah , dibuat dari logam kuningan, suasa ( campuran tembaga emas ) , perak, emas . Untuk daerah diluar Jawa (kalangan raja-raja Bugis , Goa, Palembang, Riau, Bali ) pendoknya terbuat dari emas , disertai dengan tambahan hiasan seperti sulaman tali dari emas dan bunga yang bertaburkan intan berlian. Untuk keris Jawa , menurut bentuknya pendok ada tiga macam, yaitu (1) pendok bunton berbentuk selongsong pipih tanpa belahan pada sisinya , (2) pendok blewah (blengah) terbelah memanjang sampai pada salah satu ujungnya sehingga bagian gandar akan terlihat , serta (3) pendok topengan yang belahannya hanya terletak di tengah . Apabila dilihat dari hiasannya, pendok ada dua macam yaitu pendok berukir dan pendok polos (tanpa ukiran).

Detail Warangka
Pengrajin Warangka Keris - Javanese, Indonesia

3. Wilah

Wilah atau wilahan adalah bagian utama dari sebuah keris, dan juga terdiri dari bagianbagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang, jaka lola , pinarak, jamang murub, bungkul , kebo tedan, pudak sitegal, dll. Pada pangkal wilahan terdapat pesi , yang merupakan ujung bawah sebilah keris atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris ( ukiran) . Pesi ini panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10 mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut paksi, di Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut punting.

Wilah Keris Luk 9

Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut ganja (untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya aring). Di tengahnya terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja tidak terpisahkan. Pengamat budaya tosan aji mengatakan bahwa kesatuan itu melambangkan kesatuan lingga dan yoni, dimana ganja mewakili lambang yoni sedangkan pesi melambangkan lingganya. Ganja ini sepintas berbentuk cecak, bagian depannya disebut sirah cecak, bagian lehernya disebut gulu meled , bagian perut disebut wetengan dan ekornya disebut sebit ron. Ragam bentuk ganja ada bermacammacam, wilut , dungkul , kelap lintah dan sebit rontal.

Luk, adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada bilah , dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang (kanan-kiri), maka bilangan terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah dan jumlahnya selalu gasal ( ganjil) dan tidak pernah genap, dan yang terkecil adalah luk tiga (3) dan terbanyak adalah luk tiga belas (13). Jika ada keris yang jumlah luk nya lebih dari tiga belas, biasanya disebut keris kalawija ,atau keris tidak lazim .

Wilah Keris

Keris Garuda
Keris Naga Singo

Sejarah Asal keris:

  • Sejarah Asal keris yang kita kenal saat ini masih belum terjelaskan betul. Relief candi di Jawa lebih banyak menunjukkan ksatria-ksatria dengan senjata yang lebih banyak unsur Indianya. Keris Budha dan pengaruh India-Tiongkok Kerajaan-kerajaan awal Indonesia sangat terpengaruh oleh budaya Budha dan Hindu. Candi di Jawa tengah adalah sumber utama mengenai budaya zaman tersebut. Yang mengejutkan adalah sedikitnya penggunaan keris atau sesuatu yang serupa dengannya. Relief di Borobudur tidak menunjukkan pisau belati yang mirip dengan keris. Dari penemuan arkeologis banyak ahli yang setuju bahwa proto-keris berbentuk pisau lurus dengan bilah tebal dan lebar. Salah satu keris tipe ini adalah keris milik keluarga Knaud, didapat dari Sultan Paku Alam V. Keris ini relief di permukaannya yang berisi epik Ramayana dan terdapat tahun Jawa 1264 (1342Masehi), meski ada yang meragukan penanggalannya. Pengaruh kebudayaan Tiongkok mungkin masuk melalui kebudayaan Dongson (Vietnam) yang merupakan penghubung antara kebudayaan Tiongkok dan dunia Melayu. Terdapat keris sajen yang memiliki bentuk gagang manusia sama dengan belati Dongson.


Keris “Modern”

Keris yang saat ini kita kenal adalah hasil proses evolusi yang panjang. Keris modern yang dikenal saat ini adalah belati penusuk yang unik. Keris memperoleh bentuknya pada masa Majapahit (abad ke-14) dan Kerajaan Mataram baru (abad ke-17-18). Pemerhati dan kolektor keris lebih senang menggolongkannya sebagai “keris kuno” dan ”keris baru” yang istilahnya disebut nem-neman ( muda usia atau baru ). Prinsip pengamatannya adalah “keris kuno” yang dibuat sebelum abad 19 masih menggunakan bahan bijih logam mentah yang diambil dari sumber alam-tambang-meteor ( karena belum ada pabrik peleburan bijih besi, perak, nikel dll), sehingga logam yang dipakai masih mengandung banyak jenis logam campuran lainnya, seperti bijih besinya mengandung titanium, cobalt, perak, timah putih, nikel, tembaga dll. Sedangkan keris baru ( setelah abad 19 ) biasanya hanya menggunakan bahan besi, baja dan nikel dari hasil peleburan biji besi, atau besi bekas ( per sparepart kendaraan, besi jembatan, besi rel kereta api dll ) yang rata-rata adalah olahan pabrik, sehingga kemurniannya terjamin atau sedikit sekali kemungkinannya mengandung logam jenis lainnya. Misalkan penelitian Haryono Arumbinang, Sudyartomo dan Budi Santosa ( sarjana nuklir BATAN Yogjakarta ) pada era 1990, menunjukkan bahwa sebilah keris dengan tangguh Tuban, dapur Tilam Upih dan pamor Beras Wutah ternyata mengandung besi (fe) , arsenikum (warangan )dan Titanium (Ti), menurut peneliti tersebut bahwa keris tersebut adalah ”keris kuno” , karena unsur logam titanium ,baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi, banyak digunakan sebagai alat transportasi modern (pesawat terbang, pesawat luar angkasa) ataupun roket, jadi pada saat itu teknologi tersebut belum hadir di Indonesia. Titanium banyak diketemukan pada batu meteorit dan pasir besi biasanya berasal dari daerah Pantai Selatan dan juga Sulawesi. Dari 14 keris yang diteliti , rata-rata mengandung banyak logam campuran jenis lain seperti cromium,stanum, stibinium, perak, tembaga dan seng, sebanyak 13 keris tersebut mengandung titanium dan hanya satu keris yang mengandung nikel. Keris baru dapat langsung diketahui kandungan jenis logamnya karena para Mpu ( pengrajin keris) membeli bahan bakunya di toko besi, seperti besi, nikel, kuningan dll. Mereka tidak menggunakan bahan dari bijih besi mentah ( misalkan diambil dari pertambangan ) atau batu meteorit , sehingga tidak perlu dianalisis dengan isotop radioaktif. Sehingga kalau ada keris yang dicurigai sebagai hasil rekayasa , atau keris baru yang berpenampilan keris kuno maka penelitian akan mudah mengungkapkannya.

Keris Kuno Pusaka terkenal
  1. Keris Mpu Gandring
  2. Keris Pusaka Setan Kober
  3. Keris Kyai Sengkelat
  4. Keris Pusaka Nagasastra Sabuk Inten
  5. Keris Kyai Carubuk
  6. Keris Kyai Condong Campur

Pamor Keris Berbahan Meteor Paling Tinggi



Keris yang terbuat dari batuan meteor itu ada di Indonesia. Keris berbahan baku dari batuan meteor dipercaya memiliki keistimewaan tersendiri. Bagi penggemar dan kolektor, pamor, nuansa atau motif, yang tercipta dari keris berbahan meteor itu berkarakter.

"Keris dari meteor itu pamornya memiliki nilai tinggi," kata Toni Junus, pengelola situs Javakeris.com dan Keris Kamardikan, kepada VIVAnews, Senin 3 Mei 2010.

Toni yang juga jebolan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta ini menjelaskan, keris yang terbuat dari meteor itu sudah ada di Indonesia. Dan itu sudah ada sejak meteor jatuh di Jawa Tengah sekitar tahun 1749.

"Faktanya, meteor yang jatuh di Prambanan pada abad ke 17 itu menjadi bukti," ujarnya. Dalam tulisannya, Toni menyebut jatuhnya meteor itu terjadi di masa pemerintahan Sunan Paku Buwana III.

Saat itu hanya beberapa kerikil meteor dibuat untuk keris, terutama diserahkan kepada empu Brojoguna. Menurut dia, penggunaan pamor keris dari batuan kerikil meteor asal Prambanan cukup masuk akal.

"Hal ini bisa kita simpulkan jika kita meneliti pada (keris) Kanjeng Kyai Pamor, tampaknya tidak banyak bekas pahatannya," ujar dia.

Soal kepercayaan, kata Toni, itu merupakan persepsi masing-masing orang. Begitu juga dengan nilai mistik dan sejenisnya.

"Itu kepercayaan saja. Filsafat teresterial, kemanunggalan itu menjadi satu tujuan. Kemanunggalan benda yang di angkasa di bumi," jelas pria yang juga pembuat keris ini.

Toni sudah mendengar adanya meteor jatuh di Duren Sawit, Jakarta Timur. Tetapi, dia tidak turut memburu bongkahan batu yang belum ditemukan itu.
Saat ini sejumlah orang dari luar Jakarta sengaja berburu batu meteor ke Duren Sawit untuk dijadikan jimat dan lain-lain.
(*/Budi S)

Sumber: vivanew


Apa itu Leak Bali?

November 14, 2023

 SEJARAH NUSANTARA

Ilustrasi orang yang sedang ngereh/berubah wujud menjadi liyak.


Dulu orang Bali tidak mengenal serangan jantung atau apapun itu. Bila ada orang yang tadinya terlihat sehat tiba-tiba meninggal dunia, dia amah liyak! (dimakan leak). Bila ada bayi mati dalam kandungan, amah liyak! amah liyak ! Pokoknya jika ada kematian mendadak atau misterius, bisa dipastikan itu ulah leak!


Apa sih leak atau liyak itu? Sederhananya leak itu penekun ilmu hitam (pengiwa) atau black magicyang bisa mencelakai korbannya bahkan menyebabkan kematian. Ada juga yang mendefinisikan leak sebagai manusia yang bisa berubah wujud menjadi sosok siluman atau makhluk jadi-jadian.

  • Leak itu singkatan dari Lelintihan Aksara. Sebuah metode spiritual dengan menggabungkan tehnik pemutaran dasaaksara, kanda pat, tujuh cakra dan kundalini demi mencapai kesadaran tinggi dan pencerahan ilahi. Fenomena kesaktian dan kegaiban yang menyertainya adalah efek samping akibat penempaan fisik dan olah spiritual ketat yang di jalani oleh penekun ilmu ini.


Ilmu pengleyakan atau dikenal juga sebagai aji ugig bersumber dari aliran/sekte Bhairawa atau bhairawi. Sekte ini telah lama berkembang di Bali. Mereka mempraktikkan ilmu tantra disertai pemujaan pada Dewi Durga sebagai cara ekstrim mencapai kesempurnaan diri.

  • Rerajahan yang menampilkan wujud Dewi Durga yang dipuja penekun ilmu pengleyakan.

  • Lalu kenapa liyak itu membunuh atau mencelakai manusia? Konon untuk menaikkan tingkatan ilmunya, seorang penekun ilmu ini butuh tumbal manusia. Korbannya biasanya orang yang dibenci atau bayi baru lahir. Bisa juga dengan cara memakan mayat yang baru dikubur. Tapi jangan mengartikan liyak memakan manusia secara harfiah. Mereka akan menyedot “prana” atau daya hidup korbannya melalui ubun-ubun atau lubang dubur ( bol) sehingga korbannya itu sakit gering, ngereressampai mati mengenaskan.


Anda tidak akan pernah melihat ada gundukan kuburan yang dibongkar lalu mayatnya dimangsa liyak. Tapi, liyak-liyak ini akan meraga sukma atau mengubah wujud menjadi anjing gudig, rangda atau mahluk apapun sesuai tingkatan ilmnya lalu mendatangi kuburan itu pada tengah malam dan menggelar pesta disana dengan menikmati bau anyir dan busuk organ-organ tubuh si mayat secara gaib. Terkadang mereka juga pulang membawa bangkai anjing yang mereka temukan di perjalanan yang mereka lalui dan keliru mengira bangkai itu sebagai buah nangka yang ranum yang baru jatuh dari pohon.

Ada tiga jenis ilmu Liyak. Yang pertama adalah Liyak Sari ( Penengen, ilmu putih), lalu yang kedua adalah Liyak Pemoroan (Pengiwa,ilmu hitam) dan yang ketiga Liyak yang netral,tidak hitam atau putih. Jenis yang terakhir ini tujuannya lurus saja mencari pemurnian dan penyatuan dengan energi ilahi (moksa).

Dan begini tingkatan-tingkatan liyak Liyak Pemoroan ( Liyak hitam):


  • Tingkat paling rendah biasanya mengubah wujud jadi monyet. Tingkat ke-2 jadi kambing atau anjing. Lalu tingkat-tingkat selanjutnya menjadi Bangkal (Babi), ular, harimau, mobil, pesawat terbang atau sepeda motor ( ya benar, anda tidak salah baca). Tingkatan yang lebih tinggi berwujud Gegendu ( siluman kuda atau kerbau berkaki tiga) dan Bade ( semacam keranda pengusung jenazah). Lalu yang dianggap tertinggi berwujud garuda emas, Banaspati, Meru dan Celuluk atau Rangda.

  • Calonarang, atau Walunateng Dirah yang disebut-sebut sebagai Ratu Liyak berada di level sebelas. Sedangkan Mpu Pradah di level dua belas. Sang Ratu liyak memiliki banyak murid setia dan sakti diantaranya : Ni Weksirsa, Ni Mahisawedana, Ni Lenda, Ni Lendi, Ni Ganda, Ni Guyang, Ni Larung.

Paling umum leak berubah wujud menjadi endihan, yakni berupa bola api sebesar kepalan tangan orang dewasa. Bola api ini tidak berkobar-kobar namun nyalanya lebih mirip seperti bara api dengan warna kuning kemerahan dan terbang melayang menyusuri persawahan mencari kodok atau belut untuk dimangsa.

Jika anda sering menemukan bangkai belut atau kodok di rumah, waspadalah. Mungkin ada anggota keluarga yang bisa ngeleyak. Karena setelah kembali menjadi manusia, sang liyak cenderung akan memuntahkan kembali benda-benda yang di mangsanya itu.

  • Tak jarang di malam-malam tertentu para penekun ilmu leak mengadakan pertemuan rahasia dengan wujud endihanini sehingga nampak seperti puluhan cahaya kunang-kunang di kejauhan. Mereka juga terkadang bertanding adu kesaktian bahkan sampai beradu nyawa. Fenomena ini disebut Siyat peteng(duel malam hari). Orang-orang yang penasaran sering mengintip dan menyaksikan fenomena ini. Dulu, waktu Sanur belum seramai sekarang, kawasan Padang Galak terkenal sebagai arena siyat peteng.

  • Penampakan endihan

Dalam tahapan belajar, biasanya sisya(murid) akan dibimbing dan diinisiasi oleh seorang nabe(guru) dengan melalui laku spiritual yang ketat untuk membuka jalur-jalur chakra dan membangunkan energi kundalininya. Lalu dia akan diajarkan mantra-mantra gaib dan ilmu memutar kombinasi aksara suci dari Panca Brahma(Sa, Ba, Ta, A, I ) dan Panca aksara( Na, Ma, Si, Wa, Ya ). Ilmu yang disebut Dasaaksarainilah bila diputar-putar dan dikombinasikan sesuai sifat dan posisinya pada organ tubuh bisa membuat celaka orang yang jadi targetnya. Orang itu bisa tiba-tiba muntah darah atau kejang-kejang.

Dasa aksara. Sepuluh aksara suci beserta pemetaannya pada tubuh manusia.

Tahapan selanjutnya adalah belajar merubah wujud. Pertama adalah Ngelekas(persiapan) Sebelum mengubah wujud, sisya harus memasang aji sesirepdan penyengkeragar anggota keluarga lain dirumah tidur lelap. Juga sebagai pagar gaib supaya terbebas dari gangguan yang mungkin datang dari luar rumah.

Bagi yang mempraktikkan ilmu merubah wujud di luar rumah seperti pertigaan atau perempatan jalan, maka wajib merapal mantra Papetengdan Penangkebuntuk menyembunyikan diri mereka secara gaib supaya tidak terlihat oleh orang yang kebetulan sedang melintas.

Setelah semuanya dirasa aman, barulah sisya ngerehatau mengubah wujudnya. Jika ingin menjadi monyet, dia harus merapal mantra sambil melakukan serangkaian gerakan menirukan suara dan gerak-gerik monyet. Jika menjadi gegendu, dia menggunakan sebatang tongkat sehingga nanti kakinya terlihat ada tiga. Jika jadi mobil, sisya membawa dua buah lampu senter yang nantinya akan berfungsi sebagai lampu headlampmobil.

Untuk menguji apakah wujudnya sudah berubah, sisya akan mencoba menampakkan diri pada seseorang yang secara acak ditemuinya. Jika orang itu lari terbirit-birit berarti perubahan wujudnya berhasil. Bila ternyata orang itu malah menyapa dan mengenalinya maka upayanya gagal total.

Foto yang diambil seorang peneliti ini menampilkan proses berubah wujud seorang ibu rumah tangga penekun ilmu leak di daerah Denpasar.

Kemampuan mengubah wujud ini barulah tahapan pemula. Pada tahap-tahap selanjutnya sisya akan diajari cara meraga sukma. Dimana, dia hanya perlu berbaring di dalam kamarnya. Cukup rohnya saja yang keluar dan berubah wujud. Jadi, dia tak perlu lagi melepas ilmu sesirep atau imu papeteng saat menjalankan aksinya.

Demikian sekilas yang bisa saya ceritakan tentang Leak, Liyak atau Leyak ini. Ilmu Liyak umumnya bisa dimiliki dengan 4 cara. Yaitu: dengan belajar sendiri melalui guru, melalui garis keturunan/warisan, dengan cara memohon anugerah kepada sesuhunan dan dengan cara membeli (biasanya berupa jimat/rerajahan).

Namun di zaman sekarang, orang bali terutama generasi mudanya, sudah tidak berminat lagi menekuni ilmu Liyak. Orang lebih tertarik menekuni Bahasa Korea, ilmu komputer atau ilmu perhotelan dan pariwisata.

Apalagi zaman sekarang, lampu merkuri telah menghapus kesan seram setiap pertigaan, perempatan dan sudut-sudut jalan. Persawahan sudah berganti bangunan beton dan areal pemukiman semakin mendekati areal kuburan. Belum lagi keberadaan CCTV dan kamera ponsel yang setiap saat bisa memotret dan merekam aksi liyak.

Tampaknya, para liyak ini sudah tidak bisa leluasa lagi menampakkan diri karena tergerus arus modernisasi.

(*/)

__________Disclaimer________________

Tulisan ini dimaksudkan hanya untuk berbagi informasi yang bersifat umum dan hiburan saja. Penulis tidak menjamin isi tulisan akurat dan 100% objektif. Mohon untuk tidak disebarkan atau dijadikan sumber kajian ilmiah/akademis. 




Emas Bergambar Soekarno Yang Sering Ditemukan Warga di Dalam Tanah, Apakah Emas Tersebut Dulunya Milik Soekarno? Fakta Sejarah Yang Menjelaskan.

November 13, 2023

JASMERAH 


PORTAL LPLH NUSANTARA

Cerita semacam ini sepertinya tidak lekang dimakan waktu dari jaman ke jaman cukup sering terdengar. Tidak hanya menjadi bahan perbincangan orang awam di warung kopi pinggir jalan namun bahkan juga di kalangan terpelajar sekalipun. Saya masih ingat ada berita heboh yang terjadi menyangkut penggalian harta karun bung Karno yang diperintahkan oleh Menteri Agama tahun 2005.





Bayangkan orang berpedidikan tinggi sekelas menteri saja masih bisa termakan desas-desus harta warisan bung Karno tersebut. Setelah digali ternyata hasilnya nihil tidak ditemukan apapun. Demikian halnya kalau ada cerita semacam ini di tempat lain saya yakin pasti hasilnya akan sama. Sebenarnya kalau kita mau menggunakan sedikit logika pasti tidak akan ketemu nalar ada peninggalan benda-benda pusaka bung Karno seperti koin emas, tongkat komando maupun simpanan rekening di Swiss yang konon jumlahnya setelah sekian dekade mengendap di bank bisa mencapai ratusan miliar dollar. Bagaimana mungkin di era Orde Lama yang penuh dengan keprihatinan tersebut pemerintah bisa menyimpan tabungan yang besar. Uangnya dari mana sumbernya? Untuk apa disimpan dan mengapa tidak pernah dicairkan? Apakah menteri, aparat pemerintah atau siapapun begitu bodohnya menyimpan uang sebesar itu di bank Swiss tetapi tidak berniat untuk mencairkannya? Taruh kata ada yang mengatakan rahasia perbankan Swiss amat ketat bagaimana? Oh tunggu dulu, Swiss juga tidak mau dicap sebagai surga buat pencucian uang yang bisa merusak reputasinya. Contoh nyata adalah pemerintah Filipina berhasil menarik uang yang diduga hasil korupsi dari Presiden Ferdinand Marcos.


Apakah pemerintah RI tidak bisa melakukan hal yang sama kalau apa yang disebut sebagai dana revolusi itu memang benar ada? Tidak bisa ditarik karena memang tidak pernah ada. Ingat ini level negara, bukan level perusahaan atau individu yang harus melalui birokrasi yang lebih panjang untuk mengurus pencairan dana.

Ihwal soal koin emas bergambar Sukarno yang katanya cukup sering ditemukan oleh warga di Sumatera Selatan tersebut perlu diikuti lagi perkembangan beritanya. Saya lagi-lagi yakin tidak ada orang yang begitu bodoh menyebar emas lantakan bertulis 24 K di kebun penduduk supaya suatu hari nanti ditemukan oleh penduduk yang bernasib baik. Kalau warga yang mengklaim menemukan tersebut mendukung penelitian ilmiah tentunya dia tidak keberatan benda-benda tersebut dipinjamkan ke arkeolog untuk diteliti lebih lanjut soal keaslian dan berapa karatnya, toh bila dinyatakan asli dia bisa menjualnya ke kolektor atau dijual ke toko emas pasti dia akan kaya mendadak. Dia tidak perlu takut setelah menjual lalu ditangkap oleh pihak yang berwajib karena benda tersebut bukan termasuk benda purbakala. Amat disayangkan berita seperti ini biasanya tidak ada kelanjutannya seperti halnya penemuan situs Gunung Padang di Jawa Barat yang diklaim sebagai piramida terbesar yang bahkan lebih tua daripada piramida Mesir.

(*/Budi S)


Misteri Emas 57 Ton Milik Soekarno di Bank Swiss Terungkap.

November 13, 2023

 JASMERAH


PORTAL LPLH NUSANTARA

Banyak masyarakat menyebut kalau Presiden Pertama Indonesia Soekarno memiliki puluhan ton emas di Bank Swiss. Kabar ini sempat geger di masa lalu bahkan sampai sekarang. Lantas apakah hal ini benar?


Presiden yang menjabat dari tahun 1945 - 1967 itu dipercaya memiliki banyak harta termasuk sejumlah ton emas. Soekarno dipercaya memiliki emas batangan seberat 57 ton yang disimpan di Bank Swiss. Seluruh emas tersebut konon dipinjam Presiden Amerika Serikat (AS) John F. Kennedy pada 1963 untuk pembangunan Paman Sam.

Baca:
Namun seperti apa fakta sesungguhnya?

Jika mengacu pada data-data sejarah, tampaknya Soekarno tidak memiliki harta sebanyak itu. Fakta sejarah memaparkan bahwa selama menjadi Presiden Soekarno hidup kesulitan. Hal ini diungkap oleh Soekarno sendiri dalam wawancaranya kepada jurnalis AS, Cindy Adams.

Soekarno menyebut kalau gajinya selama jadi presiden hanya US$ 220. Dia pun tidak memiliki rumah dan tanah. Karenanya, wajar apabila dia hidup dari istana ke istana yang dimiliki negara.

Bahkan, tutur Soekarno, dia pernah dibelikan piyama oleh duta besar saat kunjungan ke luar negeri. Duta besar itu merasa kasihan karena Sukarno memakai baju tidur yang sudah robek.

Presiden Indonesia pertama, Soekarno. (AP/Leslie Priest)

Foto: Presiden Indonesia pertama, Soekarno. (AP/Leslie Priest)
Presiden Indonesia pertama, Soekarno. (AP/Leslie Priest)
"Adakah Kepala Negara yang melarat seperti aku dan sering meminjam-minjam dari ajudannya?" kata Sukarno kepada Cindy Adams dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1964).

Masih mengutip wawancara dengan Cindy Adams, saking miskinnya, Soekarno bahkan pernah hampir diberi gedung secara patungan oleh rakyat. Namun, dia menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan.

Putra pertama Soekarno, Guntur Soekarnoputra, membenarkan pernyataan ayahnya itu. Dalam kolom opini di Media Indonesia yang diterbitkan 26 September 2020, Guntur menyebut jika Soekarno, sejak sebelum sampai jadi presiden, kantongnya selalu tipis.

Ia juga menyebut tak heran kalau ayahnya kerap meminjam uang kepada sahabatnya sejak zaman pergerakan, salah satunya Agoes Moesin Dasaad.

"Sebagai presiden, Bung Karno adalah presiden yang paling miskin di dunia ini. Ia tidak punya tanah, tidak punya rumah, apalagi logam-logam mulia seperti yang digembar-gemborkan orang selama ini," kata Guntur.

Sejarawan Indonesia, Ong Hok Ham, juga membantah rumor harta segunung Sukarno. Lewat tulisan Kuasa dan Negara (1983), Ong mematahkan cerita itu dan memberi fakta sejarah sesungguhnya. Salah satunya terkait cerita Soekarno mewarisi kekayaan kerajaan Mataram Islam.

Baca:
Kata Ong, tidak mungkin ada seseorang mewarisi harta dari kerajaan kuno. Apalagi mewariskan batangan emas. Masalahnya, harta kerajaan kuno tidak sebesar yang dibayangkan. Apalagi saat itu, Mataram Islam disebut masih punya utang kepada VOC.

Ong juga menyebut kalau kisah harta Sukarno sebenarnya bisa dipatahkan dengan argumen sederhana: jika punya emas, seharusnya Soekarno tidak melarat hingga akhir hayatnya. Ini artinya cerita harta karun emas batangan presiden pertama Indonesia yang selama ini dipercaya tidak benar.


Sejarah Jaranan Kediri - Jawa Timur.

November 07, 2023

 


JARANAN

Seni jaranan atau jaran kepang diangkat dari sejarah rakyat tradisional Kediri tepatnya pada Pemerintahan Prabu Amiseno yaitu Kerajaan Ngurawan, salah satu kerajaan yang terletak di sebelah timur Sungai Brantas Kediri.


Konon sang Prabu memiliki seorang putri sangat cantik rupawan tiada banding, tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, dia bernama’Dyah Ayu Songgolangit’. Tidak mengherankan kecantikan Songgolangit tersohor di seantero jagad sehingga banyak raja dari luar daerah Kediri yang ingin mempersuntingnya.

Songolangit punya adik laki-laki tampan, terampil dan trengginas dalam olah keprajuritan, bernama Raden Tubagus Putut. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan Raden Tubagus Putut mohon pamit pada ayahandanya untuk berkelana dan menyamar sebagai masyarakat biasa. Sementara itu di Kerajaan Bantar Angin yang dipimpin oleh Prabu Kelono Sewandono, Raden Tubagus Putut berminat mengabdi/suwito. Berkat kemampuannya dalam olah keprajuritan ia diangkat menjadi patih kerajaan dan diberi gelar Patih Pujonggo Anom.

Sang Prabu Kelono Sewandono mendengar kecantikan Dyah Ayu Songgo Langit dan ingin meminangnya, maka diutuslah Patih Pujonggo Anom untuk melamar ke Kediri. Sebelum berangkat ke Kediri Pujonggo Anom memohon petunjuk kepada Sang Dewata agar dirinya tidak diketahui oleh ayahandanya maupun kakaknya.

Di kerajaan Ngurawan banyak berdatangan para pelamar diantaranya Prabu Singo Barong dari Lodoyo yang didampingi patihnya Prabu Singokumbang. Kedatangan Pujonggo Anom untuk melamar membuat terkejut Songgolangit, karena meskipun Pujonggoanom memakai topeng, ia mengetahui bahwa itu adiknya sendiri. Songgolangit menghadap ayahandanya menyampaikan bahwa Pujonggo Anom itu putranya sendiri. Mendengar penuturan itu maka murkalah sang ayah.

Kemudian sang Prabu mengutuk Pujonggo Anom bahwa topeng yang dikenakan pada wajahnya tidak bisa dilepas dari wajahnya. Pujonggo Anom mengatakan pada Songgolangit bahwa lamarannya itu sebetulnya untuk rajanya yaitu Prabu Kelono Sewandono. Akhirnya Songgolangit mengeluarkan suatu Patembaya (sayembara) yang isinya: Dia menginginkan sebuah (kendaraan) titian yang tidak berpijak pada tanah.
“Barang siapa dapat membuat tontonan yang belum ada di jagad ini, dan bilamana digelar dapat meramaikan jagad; serta Pengarak manten menuju ke Kediri harus nglandak sahandape bantala (lewat bawah tanah) dengan diiringi tetabuhan."

Barang siapa yang bisa memenuhi permintaan tersebut maka si pencipta berhak mempersunting Dewi Songgolangit sebagai permaisuri.




Pujonggo Anom melaporkan permintaan Songgolangit kepada Prabu Kelono Sewandono.Karena merasa cukup sulit, akhirnya keduanya bersemedi memohon petunjuk Sang Dewata Agung. Dewata memberikan bahan berupa bantang bamboo, lempengan besi serta sebuah cambuk yang disebut Pecut Samandiman. Adapun batang bamboo digunakan untuk membuat kuda kepang yang melambangkan sebuah titian yang tidak berpijak pada tanah, lempengan besi dijadikan bahan tetabuhan yang enak didengar. Dalam waktu singkat Kelono Sewandono beserta Pujonggo Anom sudah bisa memenuhi patembaya Dewi Songgolangit.

Akhirnya pasukan prajurit penunggang kuda dari Bantar Angin menuju Kerajaan Kediri dengan diiringi tetabuhan bisa menjadi tontonan yang belum pernah dilihat oelh masyarakat Kediri. Maka mulailah kesenian itu diberi nama Tari Jaran Kepang yang terdiri dari empat orang sebagai penari yang menggambarkan punggawa kerajaan ang sedang menunggang kuda dalam tugas mengawal raja. Tarian tersebut diiringi oleh satu unit musik gamelan jawa berupa ketuk, kenong, kempol, gong suwukan, terompet, kendang dan angklung. Di lain pihak Prabu Singo Barong merasa kedahuluan oleh Prabu Kelono Sewandono, maka marahlah Singo Barong dan terjadilah perang. Kelono Sewandono unggul dalam peperangan berkat pecut Samandiman. Singo Barong pasrah kepada Kelono Sewandono dan sanggup menjadi pelengkap dalam pertunjukkan jaranan yang digelar di Kerajaan Kediri, karena pada dasarnya mereka sangat menyukai musik gamelan.




Dengan bergabungnya Singo Barong dan patihnya Singo Kumbang (celeng) maka genaplah penari jaranan berjumlah enam orang hingga sekarang ini. Selain seperangkat gamelan, pagelaran jaranan juga membutuhkan sesaji yang harus disediakan dari sang dalang jaranan yang lazim disebut “Gambuh” antara lain: Dupa (kemenyan yang dicampur dengan minyak wangi tertentu kemudian dibakar), Buceng (berisi ayam panggang jantan dan beberapa jajan pasar, satu buah kelapa dan satu sisir pisang raja), Kembang Boreh (berisi kembang kanthil dan kembang kenongo), Ulung-ulung (berupa seekor ayam jantan yang sehat), Kinangan (berupa satu unit gambir, suruh, tembakau dan kapur yang dilumatkan menjadi satu lalu diadu dengan tembakau).

Selanjutnya sang gambuh dengan mulut komat-kamit membaca mantera sambil duduk bersila di depan sesaji mencoba untuk berkomunikasi dengan roh leluhur dan meminta agar menyusup ke raga salah satu penari jaranan. Setelah roh yang dikehendaki oleh Sang gambuh itu hadir dan menyusup ke raga salah satu penari maka penari yang telah disusupi raganya oleh roh tersebut bisa menari dibawah sadar hingga berjam-jam lamanya karena mengikuti kehendak roh yang menyusup di dalam raganya. Sambil menari, jaranan diberi makan kembang dan minum air dicampur dengan bekatul bahkan ada yang lazim makan pecahan kaca semprong.

Di Kediri kesenian Jaranan sering ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu penting, acara peresmian maupun pesta-pesta keluarga, terlebih untuk acara yang berlangsung pada bulan Suro.
(*/Budi S)

Ramalan Brawijaya Untuk NUSANTARA.

November 06, 2023

 PORTAL LPLH NUSANTARA


Ramalan Brawijaya adalah sebuah ramalan atau ramalan mistis yang berhubungan dengan raja terakhir Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Ramalan tersebut dikatakan berasal dari Prabu Siliwangi, seorang raja dari Kerajaan Sunda yang terkenal dengan kebijaksanaannya.


Menurut Ramalan Brawijaya, raja terakhir Majapahit, Raja Brawijaya V, akan kembali dan memimpin Indonesia pada saat negara ini mengalami krisis besar. Ramalan ini sering dikaitkan dengan kejatuhan rezim Orde Baru pada tahun 1998, ketika Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi yang serius.

Namun, ramalan ini juga banyak dikritik karena kurangnya bukti sejarah dan keberadaannya yang hanya berdasarkan pada mitos dan legenda. Banyak orang berpendapat bahwa ramalan ini sebaiknya tidak dijadikan pegangan atau pedoman dalam mengambil keputusan penting, dan sebaiknya kita fokus pada perencanaan dan tindakan yang rasional dan berdasarkan data yang akurat.

Ramalan Brawijaya memiliki berbagai versi yang berbeda-beda, tergantung pada sumber dan cerita yang diceritakan. Namun, inti dari ramalan ini adalah bahwa Raja Brawijaya V akan kembali dan memimpin Indonesia pada saat negara ini mengalami krisis besar.

“Nusantara (Indonesia) akan hancur lebur, pusaka-pusaka hilang dicuri asing, raja-raja terbunuh, tak ada lagi yang berkuasa, baru kemudian datanglah Brawijaya V, dari utara membawa seluruh bala tentara, mengalahkan semua musuh yang datang, memerintah Nusantara dengan adil dan bijaksana.”

Salah satu versi yang diyakini sebagai ramalan Brawijaya
Siapa Brawijaya V?

Raja Brawijaya V adalah raja terakhir dari Kerajaan Majapahit yang berkuasa di Jawa Timur, Indonesia pada abad ke-15. Raja Brawijaya V dianggap sebagai raja yang bijaksana dan memiliki kekuatan militer yang kuat.

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran karena terjadinya konflik antara para bangsawan dan ketidakstabilan politik. Pada akhirnya, Kerajaan Majapahit pun runtuh pada abad ke-16 setelah kekalahan dalam perang melawan Demak.

Ramalan Brawijaya mengaitkan kembalinya Raja Brawijaya V dengan kondisi krisis di Indonesia. Namun, secara historis, tidak ada bukti bahwa Raja Brawijaya V akan kembali hidup setelah kematiannya. Ramalan tersebut lebih merupakan mitos atau legenda yang diteruskan dari masa ke masa di masyarakat Indonesia.

Kisah tentang Raja Brawijaya V dan ramalan yang berkaitan dengannya masih menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya Indonesia. Meskipun tidak ada bukti sejarah yang mengonfirmasi kembalinya Raja Brawijaya V, ramalan tersebut masih diperdebatkan dan dibicarakan oleh sebagian masyarakat Indonesia.

Ada juga beberapa teori yang mengatakan bahwa Ramalan Brawijaya bisa dipahami dalam konteks yang lebih luas, sebagai sebuah metafora atau simbol tentang kebangkitan Indonesia dalam menghadapi masa sulit. Sebagai contoh, kembalinya Raja Brawijaya V dapat diartikan sebagai kebangkitan kesadaran nasional di Indonesia atau munculnya pemimpin yang bijaksana dan kuat dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.

Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa kebijaksanaan dan tindakan nyata yang berdasarkan data dan fakta adalah yang paling penting dalam menghadapi krisis atau tantangan yang dihadapi oleh suatu negara atau bangsa. Ramalan atau mitos semacam Ramalan Brawijaya sebaiknya tidak dijadikan pegangan atau pedoman dalam mengambil keputusan penting, namun dapat dipahami sebagai bagian dari sejarah dan budaya Indonesia yang beragam dan kaya.

(*/)

Ada Harapan Dan Doa Di Balik Ramalan Joyoboyo Kediri.

November 06, 2023

PORTAL LPLH NUSANTARA


 

Oleh: Ario Subagyo

Sejenak aku terbawa alur cerita melegenda dari sebuah tokoh masyhur terdahulu, yang termaktub dalam buku "Ramalan Jayabaya, Indonesia Masa Lampau, Masa Kini, dan Masa Depan" karangan Suwidi Tono.

 

Prabu Jayabaya pernah mengisahkan tentang masa dimana Indonesia akan dikomandoi oleh seorang pemimpin, yang disebut sebagai Raja Adil. Dia dipercaya sebagai pemimpin yang akan membawa rakyat Indonesia pada sebuah kemakmuran hidup. Dalam penggambaran dari seorang Raja Adil ini, ia hadir disaat Indonesia dalam masa carut-marut akan tatanan negaranya. 


Ratu Adil itu dikenal dengan nama Satrio Piningit. Dia muncul saat negara ini dalam kondisi terendah, dengan permasalahan serius yang mendera. Penderitaan dan kesewenang-wenangan menjadi bagian dari kondisi yang digambarkan. 


Keadaan lain disebutkan bagaimana situasi datangnya Satrio Piningit itu ketika ketidakadilan terjadi, orang-orang penguasa mulai menampakkan rupa aslinya dengan kelicikan untuk terus berkuasa. Mereka mencoba untuk menggalakkan berbagai cara, agar tetap bisa menetap di posisi tertingginya. 


Kemunculan orang yang digambarkan sebagai Ratu Adil itu di waktu orang baik tertindas oleh mereka pemilik posisi teratas. Memangnya siapa yang bisa mendindas, kalau bukan sosok elite di negeri ini? Tidak mungkin bukan, jika si miskin menindas si kaya. Apalagi rakyat jelata menindas pemimpinnya, itu jauh dari logika kita. Karena yang selalu nampak dan terlukis dalam sebuah kisah, tertindas itu hanya berlaku bagi pihak lemah. 


Setelah masa-masa berat itu berebut waktu untuk datang, ramalan tentang kedatangan zaman baru tiba. Masa itu akan dipenuhi dengan kemegahan dan keemasan bagi nusantara. Satrio Piningit adalah mitologi yang mengisahkan tentang kehadiran seorang pemimpin, yang menjadi penyelamat dengan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. 


Keyword yang digunakan untuk merangkum Ramalan Jayabaya ini adalah tentang perubahan zaman. Hal itu seperti hukum alam yang berlaku selama ini. Cerita itu kembali mengingatkan kita akan fananya kehidupan di dunia ini, dan kepercayaan dasar tentang setiap perbuatan itu akan memiliki pembalasan yang setimpal. 


Seperti halnya pula ilmu padi, kamu menanam maka kamu pula yang akan menuai semuanya. Baik ataupun buruk, semua tergantung apa yang kamu tanam selama ini. Cerita itu terus mengaum di publik dari waktu ke waktu. 


Bahkan banyak orang mempercayainya, dan mulai menebak siapa gerangan Satrio Piningit yang hadir untuk menjalankan amanah mulianya itu? Banyak spekulasi berkeliaran, orang-orang mulai berbondong-bondong menafsirkan makna di balik ramalan tersebut. Tidak sedikit pula dari publik yang menerka dengan teori cocoklogi yang menjadi budaya melekat dalam diri setiap manusia. 


Saya tidak ingin rakyat terbelenggu dengan ramalan yang jauh dari jangkauan kita, sebagai insan biasa. Hanya saja di dunia ini tidak ada sebuah kebetulan, karena setiap detik pergerakan kita ini sudah diatur oleh Pembuat Alam Semesta. 


Diridhai tidaknya kita dalam melakukan sesuatu pun adalah kehendakNya. Dan jika boleh berandai Satrio Piningit itu beneran ada, fenomena tersebut bukan hanya menjadi angin segar tapi pemuas dahaga dari kekeringan panjang yang sewaktu-waktu bisa membawa bencana. 


Ya saat ini tidak ada yang bisa menjawab apakah Satrio Piningit itu beneran ada dan jikalau ada, siapa dia. Tapi yang perlu kita percayai bahwa takdir itu sudah pasti dan ada bagi setiap umat. Tugas kita di dunia ini adalah berdoa dan berusaha. Berdoa agar negara kita menemukan pemimpin yang baik di tahun 2024 nanti dan berusaha memenangkan orang baik itu menjadi pemimpin kita.


(*/)