JASMERAH
PORTAL LPLH NUSANTARA
Cerita semacam ini sepertinya tidak lekang dimakan waktu dari jaman ke jaman cukup sering terdengar. Tidak hanya menjadi bahan perbincangan orang awam di warung kopi pinggir jalan namun bahkan juga di kalangan terpelajar sekalipun. Saya masih ingat ada berita heboh yang terjadi menyangkut penggalian harta karun bung Karno yang diperintahkan oleh Menteri Agama tahun 2005.
Bayangkan orang berpedidikan tinggi sekelas menteri saja masih bisa termakan desas-desus harta warisan bung Karno tersebut. Setelah digali ternyata hasilnya nihil tidak ditemukan apapun. Demikian halnya kalau ada cerita semacam ini di tempat lain saya yakin pasti hasilnya akan sama. Sebenarnya kalau kita mau menggunakan sedikit logika pasti tidak akan ketemu nalar ada peninggalan benda-benda pusaka bung Karno seperti koin emas, tongkat komando maupun simpanan rekening di Swiss yang konon jumlahnya setelah sekian dekade mengendap di bank bisa mencapai ratusan miliar dollar. Bagaimana mungkin di era Orde Lama yang penuh dengan keprihatinan tersebut pemerintah bisa menyimpan tabungan yang besar. Uangnya dari mana sumbernya? Untuk apa disimpan dan mengapa tidak pernah dicairkan? Apakah menteri, aparat pemerintah atau siapapun begitu bodohnya menyimpan uang sebesar itu di bank Swiss tetapi tidak berniat untuk mencairkannya? Taruh kata ada yang mengatakan rahasia perbankan Swiss amat ketat bagaimana? Oh tunggu dulu, Swiss juga tidak mau dicap sebagai surga buat pencucian uang yang bisa merusak reputasinya. Contoh nyata adalah pemerintah Filipina berhasil menarik uang yang diduga hasil korupsi dari Presiden Ferdinand Marcos.
Apakah pemerintah RI tidak bisa melakukan hal yang sama kalau apa yang disebut sebagai dana revolusi itu memang benar ada? Tidak bisa ditarik karena memang tidak pernah ada. Ingat ini level negara, bukan level perusahaan atau individu yang harus melalui birokrasi yang lebih panjang untuk mengurus pencairan dana.
Ihwal soal koin emas bergambar Sukarno yang katanya cukup sering ditemukan oleh warga di Sumatera Selatan tersebut perlu diikuti lagi perkembangan beritanya. Saya lagi-lagi yakin tidak ada orang yang begitu bodoh menyebar emas lantakan bertulis 24 K di kebun penduduk supaya suatu hari nanti ditemukan oleh penduduk yang bernasib baik. Kalau warga yang mengklaim menemukan tersebut mendukung penelitian ilmiah tentunya dia tidak keberatan benda-benda tersebut dipinjamkan ke arkeolog untuk diteliti lebih lanjut soal keaslian dan berapa karatnya, toh bila dinyatakan asli dia bisa menjualnya ke kolektor atau dijual ke toko emas pasti dia akan kaya mendadak. Dia tidak perlu takut setelah menjual lalu ditangkap oleh pihak yang berwajib karena benda tersebut bukan termasuk benda purbakala. Amat disayangkan berita seperti ini biasanya tidak ada kelanjutannya seperti halnya penemuan situs Gunung Padang di Jawa Barat yang diklaim sebagai piramida terbesar yang bahkan lebih tua daripada piramida Mesir.
(*/Budi S)