Internasional.
INTERNASIONAL
Sebuah video merekam adegan mengharukan seorang pilot dan penumpang. Pilot itu dari Indonesia dan menyapa salah satu penumpang yang merupakan warga Palestina.
Video, yang diunggah media yang berbasis di Qatar, Al Jazeera, pada Selasa (21/11/2023), berdurasi 19 detik itu ditonton hingga 600 ribuan kali dan mendapatkan tanda like hingga 13 ribu.
- "Di tengah perang Israel di Gaza, pilot Indonesia meluangkan waktu sejenak di sebuah penerbangan dengan membuat nyaman dan memberi dukungan kepada penumpang Palestina," begitulah keterangan dalam postingan akun medsos X Al Jazeera.
Dalam video itu tampak pilot, yang memakai seragam putih berdasi merah, menyalami salah satu penumpang yang mengenakan kemeja motif kecoklatan. Si pilot menyapa penumpang lebih dulu.
- "Assalamualaikum, Anda dari mana?" kata sang pilot sembari bersalaman.
- "Saya dari Palestina," penumpang menjawab.
Pilot itu lantas memeluk penumpang sambil menepuk bahu si penumpang. Pilot itu kemudian berjongkok di depan penumpang.
- "Tuhan melimpahi berkah. Jadi, Anda dari Palestina," kata pilot itu.
- "Dengan jiwa kami, dengan darah kami, kami berkorban untuk Anda, Al Aqsa," dia menambahkan.
Sejauh ini, belum ada informasi detail identitas pilot dan maskapai tersebut.
Netizen menanggapi beragam video itu. Ada yang merespons positif, ada pula yang menanggapi dengan negatif.
- "Sangat menyentuh," kata salah satu akun X.
- "Aku turut merasakan pelukan itu," yang lain menimpali.
- "Indonesia sangat jauh, tetapi dialah saudara dekat," cuit yang lain.
- "Itulah persaudaraan," yang lain membalas postingan itu.
Palestina memang sedang menjadi sorotan dunia setelah dibombardir Israel sejak 7 Oktober. Warga sipil Palestina tanpa ampun diserang, begitu pula sekolah dan rumah sakit.
Kini, setelah 47 hari agresi, Israel dan Hamas bersepakat melakukan gencatan senjata selama empat hari. Dalam kesepakatan itu disebutkan tentang pembebasan sandera dari Israel dan Gaza, serta kemungkinan lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk ke daerah itu.
"Malam ini, pemerintah telah menyetujui garis besar tahap pertama untuk mencapai tujuan ini, yang menyatakan bahwa setidaknya 50 sandera- perempuan dan anak-anak akan dibebaskan selama empat hari, dan selama itu akan diadakan jeda dalam pertempuran. Pembebasan setiap sepuluh sandera tambahan akan mengakibatkan jeda satu hari tambahan," kata pemerintah Israel dalam sebuah pernyataan dilansir Al Jazeera, Rabu (22/11/2023).
(*/)