INTERNASIONAL
Pertempuran Israel melawan Hamas di jalur Gaza telah memecah belah suara banyak negara hingga konglomerat dunia seiring meningkatnya korban jiwa. Ada di antara mereka yang mengecam Israel, namun ada juga yang secara terbuka memberikan dukungan terhadap negara itu.
Hal ini seperti yang dilakukan seorang crazy rich sekaligus konglomerat real estat di Amerika Serikat (AS), Barry Sternlicht, yang menggalang dukungan untuk kampanye pro Israel. Dukungan ini diberikan kepada media-media yang mendukung Israel dan menjelek-jelekkan kelompok Hamas Palestina.
Melansir laporan Al Jazeera yang bersumber dari situs berita Semafor, Senin (13/11/2023), kampanye untuk mendukung media pro Israel disebut-sebut sebagai gerakan 'Facts for Peace'. Saat ini gerakan itu sedang mencari sumbangan jutaan dolar dari puluhan konglomerat dunia di bidang media, keuangan dan teknologi.
- "Lebih dari 50 orang sedang didekati, termasuk mantan CEO Google Eric Schmidt, CEO Dell Michael Dell dan pemodal Michael Milken. Mereka memiliki kekayaan bersih gabungan sekitar $500 miliar," tulis Semafor sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu Barry Sternlicht mengatakan kampanye ini akan membantu Israel menjadi yang terdepan ketika dunia bereaksi terhadap serangan intensif Israel di Jalur Gaza.
- "Opini publik pasti akan berubah karena adegan, nyata atau dibuat-buat oleh Hamas, mengenai penderitaan warga sipil Palestina pasti akan mengikis empati (Israel) saat ini di komunitas dunia", ungkap Sternlicht dalam sebuah email yang meminta kontribusi dari para konglomerat dunia.
Duit Perusahaan Mengucur ke Israel, Bos Disney Sebut Orang Yahudi Diserang Teroris
Dorongan media masa yang diinisiasi Sternlicht bertujuan untuk mencap Hamas sebagai organisasi teroris yang bukan hanya musuh Israel, tetapi juga musuh Amerika Serikat. Ia bertujuan untuk mengumpulkan US$ 50 juta atau Rp 784 miliar (kurs Rp 15.680/dolar AS) dari sumbangan pribadi, yang dipadukan dengan sumbangan dari badan amal Yahudi.
Hamas telah ditetapkan sebagai organisasi 'teroris' oleh AS dan Uni Eropa karena perlawanan bersenjatanya terhadap pendudukan Israel.
Tidak jelas sudah sejauh mana dana sumbangan yang mereka kumpulkan, namun dikatakan kampanye tersebut telah mengumpulkan setidaknya beberapa juta dolar. Informasi ini menurut laporan Semaforn yang mengutip sumber yang mengetahui masalah ini.
- Di luar itu AS adalah sekutu global terkuat Israel, yang memberikan bantuan miliaran dolar setiap tahunnya dan dukungan diplomatik yang kuat. Meskipun krisis kemanusiaan meningkat di Gaza, pemerintah AS terus menolak seruan global untuk melakukan gencatan senjata.
Bahkan Washington mengaku tidak akan memberikan 'garis merah' atau larangan kepada Israel dalam perang tersebut. Kemudian pada 2 November lalu Kongres AS juga telah mengesahkan paket bantuan militer darurat senilai US$ 14,3 miliar untuk Israel.