Editor: Budi Santoso.
NASIONAL
Indonesia memang mengambil langkah berbeda dalam pengadaan kapal selam dengan Prancis yakni Scorpene.
Dibandingkan Vietnam yang membeli langsung Kilo class dari Rusia, Indonesia memilih membangun kapal selam miliknya sendiri yakni Scorpene.
Indonesia ingin mampu membuat kapal selam Scorpene, agar di masa depan bisa memenuhi kebutuhannya tanpa mengandalkan impor alutsista.
Pengadaan kapal selam Scorpene Indonesia amat berbeda dengan Vietnam.
Vietnam membeli seutuhnya Kilo class buatan Biro Desain Rubin sebanyak enam unit.
Vietnam mendatangkan Kilo class sejak kesepakatan diteken pada 2009 silam.
Biaya untuk keenam kapal diesel elektrik itu ialah 2 miliar dolar AS.
"Vietnam menandatangani kesepakatan senilai $2 miliar dengan Rusia untuk membeli enam kapal selam diesel-listrik kelas Kilo untuk memperkuat kekuatan maritimnya," jelas Vn Express.
Kontrak enam unit Kilo class jadi yang terbesar bagi Vietnam.
Terlebih baru pertama kali ini Vietnam mengoperasikan kapal selam.
"Kontrak tersebut, salah satu yang terbesar dalam sejarah ekspor peralatan angkatan laut Rusia, juga mencakup program pelatihan bagi awak kapal Vietnam di Rusia.
Negara ini membentuk armada kapal selam modern pada tahun 2013, setelah kapal selam pertama bernama HQ-182 Hanoi dikirimkan.
Kapal selam kelas Kilo termasuk yang paling populer di dunia," ungkapnya.
Memang jika membeli dari Rusia kebayakan tak mendapat transfer teknologi.
Rusia tak mau negara lain mendapat teknologi alutsistanya.
Namun jika mau nekat bisa seperti China mencuri teknologi alutsista Rusia yang sudah dibelinya.
Tapi hal ini tak dilakukan Vietnam ke Kilo class.
Padahal kapal selam itu memiliki teknologi canggih berjuluk Black Hole karena amat senyap sulit dideteksi lawan.
"Kapal selam kelas Kilo memiliki fitur teknologi siluman canggih, jangkauan tempur yang lebih luas, dan kemampuan untuk menyerang target darat, permukaan, dan bawah air".
Kapal tersebut berbobot 3.100 ton, mencapai kecepatan 20 knot, mampu menyelam hingga 300 meter dengan jangkauan 9.600 kilometer, dan membawa awak 52 orang selama 45 hari.
Kapal selam ini memiliki tabung torpedo 533 milimeter dan dipersenjatai dengan torpedo, ranjau, dan rudal jelajah Kalibr 3M-54 (NATO SS-N-27 Sizzler), yang terutama ditujukan untuk misi anti-kapal dan anti-kapal selam di perairan yang relatif dangkal," jelas Vn Express.
Indonesia sebetulnya juga ditawari Rusia untuk membeli 10-12 unit kapal selam Kilo class.
Namun karena tak ada transfer teknologi maka Indonesia enggan melanjutkan proses pembelian.
Kini Indonesia memilih membuat sendiri kapal selam Nagapasa class dan selanjutnya Scorpene.
Apa yang dilakukan Indonesia justru mendapat perhatian pakar militer di seluruh dunia.
"Perkembangan kemampuan kapal selam negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia, menjadi fokus perhatian para pakar militer serta pengamat dunia dan regional.
Langkah terbaru yang dilakukan para pejabat militer Indonesia ini menunjukkan prioritas strategis Jakarta mengembangkan kemampuan untuk menjalankan strategi penolakan maritim serta ambisi negara untuk meningkatkan keahlian teknisnya di bidang kapal, termasuk kapal selam," jelas media Vietnam VOV pada 10 Desember 2020.
Usaha Indonesia membuat kapal selam sendiri diyakini sukses.
Nantinya Indonesia akan mempunyai kemampuan memproduksi kapal selam untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor. (*/)
Sumber: VOV World, VN Express
©2023 Portal LPLH Nusantara