POLUSI UDARA DI LUBUKLINGGAU MULAI TAK SEHAT, WARGA DIMINTA MULAI PAKAI MASKER

Oktober 05, 2023




















Berita Warga, Lubuklinggau - Polusi udara di Lubuklinggau mulai tak sehat, warga diminta mulai pakai masker. Namun aktivitas belajar mengajar di sekolah tetap berjalan seperti biasa.

Para pelajar di sekolah hanya diminta mengenakan masker dan mengurangi aktivitas di luar meski Kota Lubuklinggau dilanda kabut asap. Kamis, 5/10/2023

Kamis, 5/10/2023


Bertepatan dengan musim kemarau periode ini. Bukan justru menjadi ajang pemanfaatan kesempatan bagi para pemilik modal untuk lepas dari jeratan, setelah leluasa membabat berhektar-hektar lahan, demi mengisi perut-perut kelaparan mereka yang meski terus membesar namun tak pernah kenyang.

Kini yang ada kemarau dikambing hitamkan, gambut disalahkan. Serakah, memborong kebaikan seolah hanya bersumber dari manusia. Tidakkah kita ingat, bahwa bumi dan seluruh isinya adalah juga bagian dari makhluk-makhluk Tuhan? Bukankah dari gambut jugalah manusia ini tentram karena energinya mampu menumbuh-suburkan sayuran, menjadikan hewan-hewan ternak subur dan nyaman, hingga berkurangnya efek pemanasan global?



Apakah dengan kita menyebut cuaca atau musim kemarau dan gambut sebagai pemicu masalah udara, tidak akan membuatnya tersinggung dan marah? Jangan kita kira, bahwa cuaca atau musim dan tumbuhan tidak bisa merasa, hanya manusia saja yang tidak peka dengan tanda-tanda kemarahan semesta. Kemarau bukan satu-satunya sebuah penyebab dari segala sial, lebih-lebih untuk persoalan kabut asap yang menyesakkan dada, membakar kulit dan memedihkan mata.

Kemarau justru bisa menjadi sarana manusia bermuhasabah, sudahkah selama ini kita memanfaatkan air dengan selayaknya dan sebagaimana mestinya? Tidak serakah dalam menggunakan apalagi sampai membuang-buang dengan percuma. Di beberapa daerah saja, masih banyak penduduk bumi yang tidak merasakan kehadiran air dengan sempurna layaknya kita yang tinggal di tempat strategis. Padahal mereka pun katanya hidup di “tanah air” sendiri.

Chandra The (MPP)



















Api memang bisa membakar hingga merambat habis alas jika tak segera dipadamkan. Sementara bahan pemadam yang utama sudah menipis, akibat hujan yang belum kunjung diturunkan. Namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sebab setiap jiwa sudah berdiri dengan aliran air itu sendiri. Efek kemarau panjang dan kebakaran hutan sudah cukup menyiksa, jangan lagi keringkan tenggorokan dan tipis cairan dalam tubuh dengan sulutan amarah sebab musim. Hal yang sia-sia, bukan? Apalagi jika membebankan masalah yang kita sulut sendiri pada kemarau panjang. Manusia bekerja dengan kaki-tangannya, sementara musim bekerja atas kehendak Tuhan.

Klaim-klaim yang bertebaran belakangan menyebutkan kemarau sebagai penyebab kebakaran hutan. Meski sudah jelas-jelas ada oknum yang bermain dibaliknya.
(*/Budi)






Rudi Gumelar s.t


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »